Tiga Komitmen yang Harus Dijaga di Bulan Suci Ramadan

Wujud kebahagiaan itu tak hanya melalui ucapan “Marhaban Ya Ramadan” dan ucapan serupa. Namun, lebih dari itu, kita harus menghadirkan hati kita untuk berbahagia akan datangnya bulan Ramadan.

· 2 menit untuk membaca
Tiga Komitmen yang Harus Dijaga di Bulan Suci Ramadan, H. Faris Khoirul Anam, Lc., M. HI

Zawaya.id–Bulan suci Ramadan sebentar lagi datang. Bukan lagi rahasia, jika Ramadan memiliki beberapa keistimewaan. Selain amal saleh yang berlipat ganjarannya, Ramadan juga bulan yang penuh berkah dan mustajab bagi sesiapa saja yang berdoa. Menyongsong bulan yang dimuliakan oleh Allah ini, mari sejenak berdoa semoga Allah swt. berkenan memberikan umur yang panjang, agar bisa berjumpa dan beribadah di Ramadan nanti dengan tenang.

Persiapan menjemput Ramadan tak boleh dilakukan asal-asalan. Membersihkan hati dari segala rasa benci adalah salah satu hal yang harus dilakukan. Selanjutnya, ada beberapa komitmen yang harus dipegang betul di bulan Ramadan oleh umat muslim.

Pertama, menjaga hati dan diri agar ibadah yang dilakukan, baik secara umum maupun khusus, baik pagi maupun malam hari, dilaksanakan dengan tulus dan ikhlas. Banyak kita dengar terkait keutamaan di bulan Ramadan. Salah satunya, Nabi Muhammad saw. bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan suci Ramadan dan menghidupkan malam-malam di bulan Ramadan untuk beribadah kepada Allah swt., maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.”

Ada hal menarik dalam diksi hadis di atas, yakni pilihan kata yang menyampaikan bahwa yang mendapat ampunan adalah orang yang melaksanakan shiyam (puasa) dan qiyam (ibadah) di bulan suci Ramadan. Kita beribadah di bulan suci Ramadan bukan karena kebiasaan, perayaan, ataupun adat istiadat. Akan tetapi, benar-benar harus melaksanakan komiten untuk tulus ikhlas dari hati; sungguh-sungguh mengharapkan pahala serta rida Allah swt.

Kedua, yakni komitmen untuk berbahagia di bulan Ramadan. Wujud kebahagiaan itu tak hanya melalui ucapan “Marhaban Ya Ramadan” dan ucapan serupa. Namun, lebih dari itu, kita harus menghadirkan hati kita untuk berbahagia akan datangnya bulan Ramadan.

Lalu, mengapa kita harus berbahagia dengan hadirnya Ramadan? Sebuah hadis Nabi saw. tentang tiga orang sahabat Nabi (dua orang pertama mati syahid berjihad di jalan Allah swt., satu orang meninggal dalam keadaan sakit) mengisahkan bahwa orang terakhir dalam hadis tersebut berusia lebih panjang. Sesuatu yang tidak dialami oleh kedua temannya. Kemudian salah satu sahabat Nabi Muhammad saw. yang lain bermimpi. Ia menceritakan, bahwa ternyata orang yang terakhir meninggal ditempatkan di surga yang letaknya lebih tinggi daripada kedua temannya yang mati syahid. Padahal, janji Allah swt. bagi siapa saja yang berjihad, akan mendapat derajat yang luhur dan ampunan dari Allah.

Keheranan peristiwa mimpi ini ditanyakan kepada Nabi saw. Beliau menjawab bahwa orang terakhir tersebut memiliki waktu satu tahun lebih. Dia memiliki kesempatan untuk beribadah salat dan bertemu dengan bulan Ramadan. Suatu kesempatan yang tidak didapat oleh kedua temannya. Nabi Muhammad saw. bersumpah,

“Demi Allah, Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya. Sesungguhnya derajat orang yang terakhir di surga nanti, dibandingkan dengan kedua temannya adalah seluas langit dan bumi. Keutamaan yang luar biasa diberikan bagi orang-orang yang mendapati bulan Ramadan, panjang umur dan menghormati kesucian bulan Ramadan.”

Ketiga, komitmen selanjutnya yang harus dipegang betul adalah menghormati bulan suci Ramadan. Kita harus mengingatkan keluarga, saudara, dan teman-teman kita agar tidak menodai kesucian bulan Ramadan, seperti tidak berpuasa tanpa uzur.

Nabi Muhammad saw. bersabda bahwasanya sangat rugi dunia akhirat, orang yang usianya mendapati bulan Ramadan, tapi dosanya tidak diampuni oleh Allah swt. Apabila tidak mendapat ampunan di bulan Ramadan, kapan lagi dia mengharap ampunan Allah?

Pertanyaan terakhir dari Nabi Muhammad saw. di atas menyiratkan bahwa ampunan Allah amatlah luar biasa, jika dibanding dengan selain bulan Ramadan. Mari menghormati bulan suci tersebut dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban yang sesuai syariat agama, ditambah dengan sunah-sunah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Semoga keluarga, saudara, lingkungan dan teman-teman kita, dapat dinilai dan dicatat oleh Allah swt. sebagai orang yang bertakwa dan baik. Kapanpun kita wafat, maka wafat dalam keadaan melaksanakan puncak ibadah serta husnul khatimah. Ketika di akhirat nanti, ditempatkan dan dikumpulkan bersama orang-orang baik dan Nabi Muhammad saw.


Disampaikan oleh H. Faris Khoirul Anam, Lc., M. HI dalam khotbah Jumat di Masjid Sabilillah, Malang.