HUT Kemerdekaan; Momentum Berterima Kasih kepada Para Pahlawan

· 2 menit untuk membaca
HUT Kemerdekaan; Momentum Berterima Kasih kepada Para Pahlawan

Tepat hari ini, Indonesia berikut penduduk setianya merayakan Hari Kemerdekaannya yang ke-78. Mereka bersuka cita menyambut kedatangannya. Berbagai kegiatan mulia pun digelar. Ada yang menancapkan Saka Merah Putih sejak tanggal 1 Agustus hingga akhir bulan. Selain mereka juga ada yang memilih menggelar lomba. Perlombaan Gerak Jalan, Lari Karung, Lari Kelereng, dst disajikan untuk memeriahkan Peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia.

Perayaan dan kegiatan di atas merupakan manifestasi dari rasa terima kasih setiap anak bangsa terhadap para pahlawan yang telah berkeringat-berdarah untuk Indonesia. Bukan hanya tenaga yang mereka kerahkan, darah dan nyawa pun mereka korbankan. Sebagai anak bangsa yang baik, harusnya kita mentadaburi pengorbanan mereka. Ya, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.

Berterima kasih kepada manusia sangat dianjurkan dalam Islam. Bagaimana tidak, Insan Terkasih Tuhan; Nabi Muhammad SAW mengingatkan, seorang yang tidak mau berterima kasih kepada manusia yang telah berjasa dalam hidupnya, tidak akan mampu bersyukur kepada Tuhannya. Betul, air susu harus terbalas oleh air susu. Tak perlu mengucurkan air tuba untuk menjadikan kontribusi positif orang lain menjadi semu.

Terdapat ragam cara untuk mengekspresikan rasa terima kasih kepada manusia. Pertama, ekspresi itu dapat diwujudkan dengan aksi nyata. Manifestasi rasa terima kasih di atas adalah salah satu contohnya. Tentu tak terbatas dalam momentum HUT Kemerdekaan saja. Di waktu yang lain, setiap anak bangsa bisa mewujudkan terima kasihnya dengan mempelajari kisah-sejarah pahlawan, mentadaburinya, kemudian mentransfernya kepada orang lain. Berkontribusi dengan cara bakti sosial pun dapat menjadi jurus untuk menampakkan rasa terima kasih kita kepada para pahalawan Kemerdekaan Indonesia. Bagaimana tidak, dalam perjuangannya, mereka saling bahu-membahu untuk merdeka.

Kedua, kita dapat berterima kasih dengan dengan hati. Cara ini dapat kita wujudkan dengan cara melangitkan doa kepada para pahlawan. Kita harus mengimani, bahwa doa yang terbang tinggi akan turun dengan jelmaan takdir baik bagi penerbangnya. Tahlil, Istighasah, Selawat Kebangsaan, dsb dapat menjadi wadah untuk membuktikan bahwa kita adalah bangsa besar yang menghormati jasa para pahlawannya. Mari kita cermati kisah di bawah ini.

Ketika berziarah ke salah satu Ahlulbait Rasulullah SAW, saya mendapati putra-putri kinasih Mesir mengantri untuk berziarah ke pusara Sayidah Nafisah binti Sayid Hasan. Sedari kecil, mereka sudah diedukasi berterima kasih kepada orang-orang pilihan Tuhan. Saya merekam mereka sangat khusyuk ketika dikomando oleh ulama Al-Azhar ketika mengantri masuk ke pusara Sayidah Nafisah. Mereka juga sangat khidmat melantunkan selawat untuk Insan Terkasih, Rasulullah SAW.

Sebagian kita mungkin tergerak menyamakannya dengan realitas putra-putri Indonesia. Sejak beberapa hari yang lalu, mereka mengikuti lomba-lomba kemerdekaan. Ya, sama saja. Agama pun tidak melarang hal itu. Apalagi sekadar ocehan bidah, tentu telah berdebu. Jika dilandasi dengan niat “berterima kasih kepada tokoh agama-sosial”, Tuhan akan merestuinya.

Ketiga, berterima kasih dengan lisan. Hari ini, kita akan menyaksikan sebagian putra-putri bangsa melakukan Upacara Kemerdekaan. Dalam rangkaian acara itu pasti ada sesi Menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Pembacaan Teks Pancasila, Pembacaan Teks UUD 1945, Pembacaan Teks Proklamasi, dst. Semua sesi itu merupakan wilayah lisan. Di luar acara, kita dapat menemui orang tua hingga guru yang mengisahkan sejarah para pahlawan Kemerdekaan kepada anak-anaknya.

Sebagai penutup, ada beberapa larik syair gubahan penulis:

Pahlawanku Idolaku

لَا أَنْعَمُ بِالْحُرِّ ذَا لَوْلَاكُمْ* دَمُكُمُ وَجُهْدُكُمْ حُبُّكُمْ

Andai bukan karena darahmu

Tak 'kan kunikmati merdekamu

Semesta bangsa kini memujamu

Darah juangmu adalah bukti kasihmu

الشُّكْرُ مِنِّيْ لَمْ يَصِلْ عَنَاكُمْ* ذَاكَ الَّذِيْ مَدْحِيْ عَلَى ضَحْيَاكُمْ

Terima kasihku hanya seujung kuku

Tak sebanding letihmu yang penuh liku

Memujimu adalah caraku

Mentadaburi pengorbananmu yang tak terekam buku-buku

فَرَبُّكُمْ يُحِبِّكُمْ بِنِعِمِهِ* أَنْتُمْ مُخَلَّدُوْنَ فِيْ جَنَّاتِهِ

Yakinku Tuhan mengasihimu

Surga segala nikmat adalah bilikmu

Bidadari dan dinding berlian merayumu

Hingga cinta Tuhan selalu memelukmu