Habib Luthfi dan Lebah-lebah Thudong

Sudah seharusnya masyarakat Indonesia bergandeng tangan untuk mencipatakan suasana kondusif dan stabil. Satu kelompok harus menerima perbedaan yang terpatri dalam benak kelompok lainnya. Juga tak perlu menciptakan spekulasi yang dapat menyayat harga diri liyan, terutama agama!

· 2 menit untuk membaca
Habib Luthfi dan Lebah-lebah Thudong
sumber foto: Beritasatu.com

Pertanggal 23 Maret 2023, para Bhikkhu Thailand melaksanakan suluk keagamaan. Mereka melabelinya dengan Thudong. Upacara yang diagendakan sebagai rangkaian pelaksanaan Hari Raya Waisak. Hari besar umat Buddha yang digelar untuk memperingati hari lahir, pemenangan, dan hari wafat Buddha.

Sisi unik apresiatif acara itu adalah pelaksanaannya; dengan melakukan perjalanan yang jauh. Start dari wilayah Nakhon Si Thammarat, Thailand, dan berakhir di candi Borobudur. Juga waktu, menilik laman Young Buddhist, para Bhikkhu menghabiskan waktu selama satu bulan lebih; 23 Maret sampai 8 Mei 2023, cukup lama! Bukan hanya itu, selama perjalanan panjang itu, di siang hari mereka harus berpuasa dari makanan.

Masyarakat Indonesia pun menyambut mereka dengan suka cita, tanpa sara! Pemerintah, tokoh agama, masyarakat umum, hingga ormas tertentu ikut memberi apresiasi mewah. Pemandangan cinta-kasih antarumat beragama terlihat jelas. Satu sama lain berlomba menampilkan ajaran mulia masing-masing agamanya.

Toleransi antarumat tak terelekkan. Cita megah itu tersaji nyata. Bagaimana tidak, masyarakat Indonesia terkesan dengan suluk Buddhis. Ibu-ibu Jawa Tengah menaburkan kembang sebagai wujud rasa gayeng mereka ketika menyambut tamu. Umat Nahdiyin pun turut menyambut hangat. Mereka yang terikat oleh idiom religi “rahmatan lil ‘âlamin” pun tak enggan memberi jamuan kepada umat Buddha. Mulai dari bekal, tempat peristirahatan, sampai pijat gratis diberikan dengan tangan terbuka.

Bukan hanya karena terikat idiom, kaum Nahdiyin adalah salah satu komunitas yang sangat takzim kepada guru, berikut ajarannya. Dalam hal ini, mereka sedang mengimplementasikan ajaran Habib Luthfi bin Yahya. Ulama yang menanamkan ajaran perdamaian dan cinta Tanah Air. Ajaran itu pun berjalan dan terawat dengan baik, karena Habib Luthfi sendiri mengejawantahkannya dalam kehidupan beragamanya.

Perdamaian di atas tidak hanya terbatas untuk sesama muslim, melainkan merebak hingga lubuk hati umat lainnya. Tentu, perdamaian yang universal itu adalah inti dari ajaran Islam, baik dalam skala internal ataupun eksternal.  Entitas yang berpikiran dewasa pun pasti tidak akan bertanya; “dalilnya mana?” Ia paham, bahwa setiap kebaikan dan keramahan adalah kebenaran yang tidak perlu diintervensi.

Perdamaian yang digencarkan oleh Habib Luthfi pun dirasakan umat Buddha. Beliau mengadakan jamuan yang bertempat di Kanzus Sholawat, pada hari Jumat, 25 Mei 2023. Sebagai ulama yang  terbiasa menebar cinta-kasih kepada sesama makhluk itu pun mendapat pujian sundul langit. Tak hanya itu, madu yang memancar dari lubuk suci beliau pun terbalas impas. Faktanya, salah satu Bhikkhu mengundang beliau untuk hadir di acara puncak, Waisak.  Beliau tak sedikitpun merasa aneh. Beliau  justru sangat terhormat dengan undangan tersebut. Tanpa alasan apapun, beliau mengisyaratkan hadir pada acara itu.

Perdamaian yang diajarkan Habib Luthfi sangat penting untuk perkembangan sikap antarumat beragama. Ajaran itu nantiya akan melahirkan sikap toleransi tinggi. Dan, sudah seharusnya masyarakat Indonesia bergandeng tangan untuk mencipatakan suasana kondusif dan stabil. Satu kelompok harus menerima perbedaan yang terpatri dalam benak kelompok lainnya. Juga tak perlu menciptakan spekulasi yang dapat menyayat harga diri liyan, terutama agama!

Habib luthfi meminta umat Buddha untuk turut menjaga keutuhan NKRI. Pun, beliau tidak lupa berpesan agar mereka tidak memasalahkan keragaman yang ada. Bahkan, beliau menganjurkan untuk fokus mengamalkan suluk agama masing-masing. Sikap ini akan berguna untuk mencapai solidaritas-soliditas, dan bermuara pada terbentuknya negara yang maju serta mulia.

Penobatan raja lebah pun pantas disandangkan kepada habib Luthfi. Beliau adalah paduka perdamaian yang terus menggelontorkan madu moderat, toleran, dan respek terhadap umat agama lainnya. Masyarakat zaman ini membutuhkan sosok sekredibel Raja Lebah. Di luar sana masih banyak lalat  yang bertengger dengan indra pencium hasudnya, dan enggan menjadi lebah yang mengandung beribu liter madu berkhasiat tinggi. Rahmat Tuhan senantiasa menaungimu, dan taufik-Nya selalu membersamai langkahmu, Bib. Amin!

Related Articles

Firkah Non-Aswaja: Hizb al-Tahrir
· 3 menit untuk membaca
Firkah Non-Aswaja: Hizb al-Ikhwan
· 5 menit untuk membaca
Firkah Non-Aswaja: Wahhabiyyah
· 6 menit untuk membaca
Pokok-Pokok Akidah Aswaja (1): At-Tanzih
· 5 menit untuk membaca
Serial Aswaja (2): Mazhab-Mazhab Ahusunnah Waljamaah
· 6 menit untuk membaca