Benarkah Iblis Dibelenggu Saat Ramadan?

Benar apa tidak bahwasanya saat bulan Ramadan semua setan itu dibelenggu? Lalu kalau benar-benar dibelenggu, lantas mengapa di luar sana masih banyak yang berkeliaran kesana-kemari melakukan maksiat?

· 2 menit untuk membaca
Sumber gambarab: aswajadewata.com

Bila Ramadan hampir usai, satu realitas yang maklum kita saksikan yakni; banyak di antara kita umat Islam berbondong-bondong lebih giat lagi dalam beribadah. Namun, pernahkah terlintas di benak antum semua; benar apa tidak bahwasanya saat bulan Ramadan semua setan itu dibelenggu? Kalau pernah berpikiran seperti itu, maka sama dengan penulis. Lalu kalau benar-benar dibelenggu, lantas mengapa di luar sana masih banyak  yang berkeliaran kesana-kemari melakukan maksiat?, mungkin hal itu juga yang mengusik pikiran kita selama ini.

Setan atau iblis di sini tentu bukan yang hanya menampakkan wujudnya seperti di film-film horor seperti: pocong, kuntilanak, genderuwo, tuyul, dan lain sebagainya. Namun tentunya iblis yang sering kita dengar dalam hadis Rasulullah saw. yang masuk ke dalam tubuh kita dan ikut mengalir dengan darah, yang nantinya merong-rong kita lewat bisikan-bisikannya dalam hati kita. Oleh karena itu, secara teori kita juga tidak mengetahui secara pasti akan dibelenggunya iblis, karena mata kepala kita tidak bisa melihat mereka ataupun juga karena mereka berbeda materi dengan kita; yang mana sering kali kita sebut sebagai “makhluk halus” atau bersifat metafisika.

Untuk menelisik lebih dalam, perlu kiranya kita cek hadis tentang terbelenggunya iblis tersebut.

إذا دخل رمضان صُفِّدت الشياطين، وفُتِحت أبواب الجنة، وغُلِّقت أبواب النار

Artinya : “Ketika masuk bulan Ramadan maka setan-setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup” (HR. Bukhari dan Muslim)

Seperti yang sudah maklum bahwasanya dalam memahami sebuah hadis, kita bisa arahkan maknanya secara tekstual ataupun kontekstual, dan yang perlu digarisbawahi, para ulama juga berbeda tentang hal ini dan mereka memakai kedua-duanya.

Imam Suyuthi berkata bahwasanya Imam Al-Halimi berpendapat iblis tidak bisa membisikkan atau mengganggu manusia di siang hari; mereka diberi keluasan menggoda manusia pada malam hari dan yang dimaksud dengan dibelenggunya iblis di situ, mereka tidak bisa mengganggu manusia yang sedang berpuasa, karena puasa diyakini bisa mengekang syahwat (terbelenggu secara hakiki atau tekstual).

Menurut Imam Al-Qasthallani, dibukanya pintu-pintu surga secara hakiki menjadi tanda bagi para malaikat akan masuknya bulan Ramadan atau secara kinayah dimaknai turunnya rahmat. Sedangkan ditutupnya pintu neraka bisa dimaknai secara hakiki ataupun kinayah dari terbebasnya orang yang berpuasa dari hal-hal yang memicu perbuatan dosa.

Imam Az-Zurqani memberikan komentar secara kontekstual atas hadis tersebut; yang mana Allah swt. membuka lebar peluang untuk beribadah seluas-luasnya; sehingga kemungkinan besar menutup peluang kemaksiatan yang dibisikkan oleh iblis. Oleh karena itu bisa membukakan pintu surga dan menutup pintu neraka.

Terlepas dari pendapat mana yang kita yakini, sekaligus ikuti; seyogianya kita tetap berada pada ketaatan di bulan Ramadan (secara khusus) dan berusaha secara maksimal untuk menghindari kemaksiatan. Karena pada dasarnya bulan Ramadan dipersiapkan untuk kita: supaya kita memiliki momen dalam sebulan, untuk senantiasa takarub kepada Allah SWT.


Sumber:
Hasyiyah As-Suyuthi ‘ala An-Nasai
Syarah Al-Qasthallani ‘ala Shahih Al Bukhari Al Musamma bi Irsyad As-Sari
Mannar Al-Qari Syarh Mukhtashar Shahih Al-Bukhari
Syarh Az-Zurqani ‘ala Al-Muwaththa’


Baca tulisan lainnya tentang kajian dan khazanah, serta artikel lain dari Muhammad 'Abda

Related Articles

Ijtihad dalam Sudut Pandang Al-Dihlawi (1)
· 4 menit untuk membaca
Firkah Non-Aswaja: Hizb al-Tahrir
· 3 menit untuk membaca
Firkah Non-Aswaja: Hizb al-Ikhwan
· 5 menit untuk membaca