Zawaya.id–Perang Badar merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam babakan sejarah Islam masa-masa awal (kenabian). Perang besar yang menentukan antara pasukan muslim melawan musuh-musuhnya ini terjadi pada 17 Ramadan, tahun ke-2 Hijriah (13 Maret 624 Masehi).
Jumlah pasukan muslim terdiri dari 314 sahabat– ada yang berpendapat 313, bahkan ada yang berpendapat 363 Sahabat. Sementara dari pihak lawan terdiri dari lebih 1000 orang. Meski jumlah pasukan muslim jauh lebih sedikit dari pihak lawan, tetapi pasukan muslim dapat memenangkan peperangan itu dengan gemilang.
Para Sahabat yang ikut serta dalam perang badar itu mendapat keistimewaan dan kemuliaan tersendiri dalam sejarah agama Islam. Para ulama dan sastrawan muslim generasi setelahnya selama berabad-abad mengabadikan nama-nama dan biografi para veteran Badar itu. Bahkan ada yang mengabadikannya dalam sebuah Selawat. Sebut saja "Selawat Badar", karya Ulama Nusantara, Alm.K.H. Ali Manshur Siddiq.
صلاة الله سلام الله #على طه رسول الله
صلاة الله سلام الله #على يس حبيب الله
توسلنا ببسم الله #و بالهادي رسول الله
وكل مجاهد لله #بأهل البدر يا الله
Jika kita cermati makna potongan selawat di atas, maka kita akan mendapati pengarang selawat tersebut, di samping bertawasul dengan nama Allah swt. dan Rasulullah saw, juga bertawasul dengan Ahlu Badar (Para Sahabat yang ikut dalam perang badar).
Ternyata, bertawasul dengan Ahlu Badar merupakan tradisi turun-temurun yang sedari dulu sudah dilaksanakan oleh para ulama. “Banyak sekali ulama yang diberi pangkat kewalian sebab keberkahan nama-nama Ahlu Badar. Begitu juga dengan orang yang sakit, banyak sekali dari mereka yang disembuhkan karena bertawasul dengan Ahlu Badar,” jelas Syekh Abdullah as-Syabrowi (W.1091/1092 - 1171 H), Grand Imam al-Azhar ke-7 dalam "Syarh as-Shodr bi Akhbari Ghazwati Badr".
Kemudian, Sayidina Ja'far bin Abdullah r.a. pernah diberi wasiat oleh ayahnya,
" أوصاني والدي بحب أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم، والتوسل بأهل بدر المهمات، و قال لي : يا بني إن الدعاء عند ذكرهم يستجاب، و إن الرحمة و البركة و الغفران و الرضا و الرضوان تحيط العبد إذا ذكرهم..."
"Ayahku berwasiat kepadaku untuk mencintai para Sahabat Rasulullah saw dan bertawasul kepada Allah swt dengan Ahlu Badar dalam semua kepentinganku. Ayahku berpesan, ‘Wahai Anakku Sayang, sungguh doa sambil menyebut mereka (Ahlu Badar) itu mustajab. Sesungguhnya rahmat, keberkahan, ampunan, dan rida Allah terus-menerus mengelilingi seorang hamba jika dia menyebut mereka.'"
Sebagian ulama makrifat berkata,
" ما جعلت يدي على رأس مريض و تلوت أسمائهم بنية خالصة، إلا شفاه الله تعالى ، و إن يكن قد حضر أجله خفف الله تعالى عنه. و قال بعضهم : جربت أسمائهم في الأمور المهمة تلاوة و كتابة ، فما رأيت أسرع منها إجابة ".
"Tidaklah aku meletakkan tanganku pada orang yang sakit dan aku membaca nama mereka (Ahlu Badar) dengan niat yang tulus, kecuali Allah swt. menyembuhkan orang yang sakit itu. Jika ajalnya sudah datang, maka Allah akan meringankan sakaratul mautnya. Sebagian dari mereka berkata, ‘Aku pernah bereksperimen; bertawasul dengan Ahlu Badar untuk perkara-perkara penting, baik dengan cara membaca atau menulis nama mereka. Aku tidak melihat doa yang lebih cepat terkabulnya daripada doa dengan bertawasul dengan mereka.’”
Namun, perlu diketahui, untuk bertawassul dengan Ahlu Badr, Syekh Abdullah As-Syabrowi menganjurkan agar sebaiknya kita bertaraddhi
(mengucapkan رضي الله تعالى عنه ) ketika menyebut para Sahabat, khususnya Ahlu Badar karena dengan itu doa lebih cepat dikabulkan.
Baca tulisan lainnya terkait ubudiah dan artikel menarik lainnya dari Maulana Ramdhan