Zawaya.id–Umat Islam telah bersepakat bahwa Ahlussunnah Waljamaah adalah golongan yang selamat (al-Firqah an-Najiyah). Oleh sebab itu, setiap sekte dalam Islam selalu mengeklaim bahwa kelompok merekalah yang berhak disebut dengan Ahlussunnah Waljamaah. Padahal, definisi Ahlussunnah Waljamaah sebenarnya telah dijelaskan oleh Rasulullah sendiri. Rasulullah saw. bersabda:
وَتَفْتَرِقُ أُمّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلّةً كُلّهُمْ فِي النّارِ إِلاّ مِلّةً وَاحِدَةً، قَالوا ومَنْ هِيَ يَا رَسُولَ الله؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي"
“Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Seluruhnya di neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya, ‘siapa satu golongan itu wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, "‘golongan yang mengikuti ajaranku dan para sahabatku.’”
Berdasarkan hadis ini, dapat disimpulkan bahwa Ahlussunnah Waljamaah adalah umat Islam yang mengikuti ajaran Rasulullah dan para sahabatnya, baik dalam masalah akidah, maupun ahkam. Namun, lagi-lagi, setiap sekte tetap mengeklaim diri sebagai golongan yang mengikuti ajaran Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Hal semacam ini menyebabkan kebingungan pada orang-orang yang masih awam meskipun sebenarnya definisi Ahlussunnah Waljamaah di atas telah ditafsirkan oleh Rasulullah saw. sendiri dalam hadis lain dari Mu’awiyah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud.
وَإِنّ هَذِهِ المِلّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ: ثنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الجنة وهي الْجَمَاعَةُ"
“Sesungguhnya agama ini akan terpecah belah menjadi tujuh pulu tiga (73) golongan. Tujuh puluh dua (72) di neraka dan satu (1) di surga, yaitu al-Jama’ah”
Senada dengan hadis tersebut, Rasulullah juga bersabda:
فمن أراد بُحْبُوحَةَ الجنة فَلْيَلزمِ الجماعة
"…Maka barang siapa yang menginginkan tempat lapang di surga hendaklah berpegang teguh pada al Jama’ah”.
Makna al-Jama’ah dalam dua hadis di atas adalah al-Jumhur (mayoritas umat Islam) dan bukan salat jamaah–sebagaimana dikatakan oleh sebagian orang. Hal ini dapat dipahami dari hadis lain. Rasulullah saw. bersabda:
إن أمتي لا تجتمع على ضلالة فإذا رأيتم اختلافاً فعليكم بالسواد الأعظم
“Sesungguhnya umatku tidak akan berkumpul pada kesesatan, maka apabila kalian melihat perselisihan maka bergabunglah dengan mayoritas umat”
Berdasarkan hadis-hadis di atas, dapat dikatakan bahwa Ahlussunnah Waljamaah adalah golongan mayoritas umat Muhammad. Sebab, akidah golongan mayoritas umat Islam mendapatkan jaminan kebenarannya dari Rasulullah saw. Dalam hadis lain Rasulullah saw. bersabda,
إن الله لا يجمع أمتي - أو قال: أمة محمد - على ضلالة، ويد الله على الجماعة، ومن شذ شذ في النار
“Sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umatku (atau beliau mengatakan "umat Muhammad") pada kesesatan. Pertolongan Allah bersama al-Jama’ah (mayoritas umat). Barang siapa yang menyempal maka ia menyempal ke neraka.”
Kemudian, sejarah telah membuktikan bahwa mayoritas umat Muhammad pada setiap generasi, dari dahulu hingga sekarang, adalah Asy’ariyah (orang-orang yang mengikuti Abul Hasan al-Asy’ari) dan Maturidiyah (orang-orang yang mengikuti Abu Manshur al-Maturidi).
Akidah Asy’ariyah dan Maturidiyah dianut oleh umat Islam di seluruh dunia Islam seperti Indonesia, Malaysia, Mesir, Brunei Darussalam, Suriah, Lebanon, Yordania, Palestina, Maroko, Libya dan seterusnya. Dengan demikian, sangat tepat apabila al-Hafizh Murtadla az-Zabidi (w. 1205 H) dalam kitabnya, Ithaf as-Sadah al-Muttaqin syarh Ihya Ulumiddin, juz II, hlm. 6, menyimpulkan bahwa Ahlussunnah Waljamaah adalah Asy’ariyah dan Maturidiyah. az-Zabidi mengatakan,
الفصل الثانى : اذا أطلق أهل السنة والجماعة فالمراد بهم الاشاعرة والماتريدية
“Pasal Kedua: Jika dikatakan "Ahlussunnah Waljamaah" maka yang dimaksud adalah al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah”.
Seluruh ulama dalam mazhab Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan orang-orang utama dari mazhab Hanbali (Fudhala’ al-Hanabilah) adalah Asy’ariyah dan Maturidiyah. Demikian juga, mayoritas ulama dalam semua disiplin ilmu, seperti mutakallimin, muhadditsin, shufiyun, ushuliyyun, mufassirun dan juga mayoritas enam khalifah dan sultan.
Ulama-ulama penganut Asy’ariyah dan Maturidiyah itu antara lain, seperti al-Khatib al Baghdadi, al-Hafidz ad-Daruquthni, Abdul Basith a Fakhuri, Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Imam ar-Rifa’I, al-Hafidz al-Iraqi, Abu Bakar Ibn Furak, Abul Hasan al-Bahili, al-Qadhi Abdul Wahhab al-Maliki, Abul Qasim al-Qusyairi, Zakariya al-Anshari, al-Ghazali, al-Qadhi Iyad, Ibnu Aqil al-Hanbali, al-Hafidz al-Alai, Abu Bakar al-Bakilani, al-Imam al-Juwaini, Taqiyuddin as-Subki, Fakhruddin Ibn Asakir, al-Hafidz az-Zabidi, Sultan al-Fatih, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi dan lainnya–tidak terhitung banyaknya.
Kesahihan akidah Asy’ariyah, selain bisa dibuktikan dengan dianutnya akidah tersebut oleh mayoritas umat Islam, kebenarannya juga telah diisyaratkan oleh Rasulullah saw., ketika turun firman Allah ta’ala:
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا من يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي الله بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ في سَبِيلِ الله وَلا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذلِكَ فَضْلُ الله يُؤْتِيهِ من يَشاءُ وَالله واسِعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”
Ketika turun ayat ini, Rasulullah menunjuk pada sahabat Abu Musa al-Asy’ari seraya mengatakan, “mereka adalah kaumnya ini.” Abu al-Hasan al-Asy’ari sendiri adalah keturunan dari sahabat Abu Musa al Asy’ari. Dengan demikian, para pengikut Abu al-Hasan al-Asy’ari (Asy’ariyah) adalah kaum yang dimaksud dalam ayat di atas, yaitu kaum yang mencintai Allah dan dicintai oleh Allah. Sedangkan kebenaran akidah Maturidiyah juga telah diisyaratkan oleh Rasulullah saw.,
لتفتحن القسطنطينية ولنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش
"'Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik tentara adalah tentara tersebut.'"
Sejarah telah membuktikan bahwa kota Konstantinopel baru berhasil ditaklukkan 800 tahun setelah masa Rasulullah, setelah beberapa kali dilakukan uji coba oleh para khalifah, tetapi gagal. Konstantinopel berhasil ditaklukkan oleh Sultan Muhammad al-Fatih yang berakidah Maturidiyah dan bala tentaranya yang sebagian Maturidiyah dan sebagian yang lain Asy’ariyah.
Mereka meyakini bahwa Allah ada tanpa tempat, mereka bertabaruk dengan para wali. Menjelang kemenangan umat Islam Sultan Muhammad memerintahkan kepada menterinya untuk datang ke perkemahan seorang wali yang saleh untuk mencari berkah dan akhirnya umat Islam menuai kemenangan besar. Pujian Rasulullah dalam hadis tersebut membuktikan kebenaran akidah yang dianut oleh Sultan Muhammad al-Fatih dan bala tentaranya karena tidak mungkin Rasulullah memuji seseorang yang akidahnya salah dan sesat.
Baca tulisan terkait akidah atau artikel menarik lainnya dari Zaada